Jumat, 04 April 2008

Sedikit Cerita

Hari Kamis kemarin saya baru saja pulang dari Makassar untuk mengantar si kecil berobat. Awal perjalanan saya ini dimulai ketika saya dan suami mengetahui kelainan yang di derita si kecil pada akhir Februari lalu.

Saat itu (tepatnya tanggal 27 Februari 2008) saya dan suami sedang mengantar anak-anak untuk mendapatkan vaksin IPD (Invasive Pneumoccocal Disease). Saat itu saya berinisiatif untuk sekalian konsultasi ke dokter anak tentang perkembangan si kecil yang saat itu telah menginjak usia 8 bulan tapi belum bisa duduk. Pada saat diperiksa oleh dokter anak, ketika sang dokter menjentikkan jarinya untuk mengetahui respon si kecil, ternyata si kecil tidak merespon. Pada saat itu saya masih belum menyadarinya, justru suami sayalah yang ternyata lebih peka. Singkat cerita hari itu kami pulang setelah selesai memberi vaksin pada anak-anak tanpa membahas lebih lanjut tentang kejadian di ruang konsultasi dokter.

Ternyata suami saya tidak tahan juga untuk tidak mengatakan kecurigaannya pada saya. Seminggu setelah kejadian di Rumah Sakit itu akhirnya suami mengatakan kecurigaannya itu. Pada awalnya saya tidak percaya. Tetapi setelah saya mencoba untuk memanggil si kecil dengan suara keras, ternyata benar... sii kecil tidak merespon suara saya. Saya mencoba lagi dengan menggunakan mainannya yang bersuara nyaring. Saya membunyikannya di sebelah kanan si kecil, tapi tidak ada respon. Saya mencoba di sebelah kiri juga tidak ada respon. Terakhir saya memcoba membunyikannya di belakang si kecil, ternyata juga tidak ada respon. Saat itu jantung saya terasa berhenti berdetak dan dunia runtuh. Saya tidak menyangka kalau selama ini ternyata si kecil tidak dapat mendengar. Hati saya hancur, sampai menangis pun saya sudah tak sanggup lagi. Saya menyalahkan diri saya atas kejadian tersebut. Karena ternyata penyakit yang diderita si kecil itu akibat dari sakit yang saya derita pada masa kehamilan baru menginjak bulan pertama. Pada saat itu saya terserang penyakit campak (tapi pada saat itu saya tidak tahu kalau yang saya derita itu penyakit campak, dokter hanya bilang kalau saya terkena semacam virus). Baru saat ini saya tahu kalau ternyata sakit yang saya derita itu disebabkan virus Rubella yang tidak dinyana telah merengut pendengaran si kecil.

Akhirnya untuk memastikan kondisi pendengaran si kecil, pada tanggal 10 Maret 2008 saya dan suami kembali membawa si kecil ke Rumah Sakit. Saat itu dokter agak kesulitan untuk memastikan kondisi pendengaran si kecil karena kurangnya alat hingga diputuskan untuk mengirim si kecil ke Makassar.

Pada tanggal 17 Maret 2008 kami sekeluarga bertolak ke Makassar. Setibanya di Makassar kami bertemu dengan Dr. Eka Sp.THT yang akan memeriksa kondisi pendengaran si kecil lebih lanjut. Tetapi ternyata kami belum bisa mendapatkan hasilnya hari itu, karena pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry) baru dapat dilakukan keesokan harinya. Hari itu dokter hanya melakukan pembersihan ada kedua telinga si kecil dan memberikan obat anti alergi dan antibiotik karena pada saat itu si kecil sedang terkena flu dan ada sedikit infeksi di telinga kirinya.

Keesokan harinya tepatnya ada pukul 8 pagi, kami menuju Rumah Sakit Mitra Husada yang dijadikan rujukan oleh dokter THT untuk melakukan tes BERA. Hasil dari tes BERA sudah saya duga tidak akan bagus. Saya tidak terkejut lagi mengetahuinya. Sejak saat itu saya tidak mau terpuruk pada penyesalan, saya harus bangkit demi si kecil. Saya mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan penyakit si kecil, dan menemukan beberapa artikel yang kemudian memompa semangat saya untuk membantu si kecil semampu saya. Itulah awal dari perjalanan saya.

Tidak ada komentar: